Hanya butuh dua jam buat Denny Indrayana dan Mas Achmad Santosa untuk merayu Gayus Tambunan, pegawai golongan IIIA di Direktorat Jenderal Pajak, kembali ke Tanah Air.
Bak sebuah sinetron, pria tiga dasawarsa itu bertekuk lutut terbuai bujukan satgas antimafia hukum, dalam sebuah perbincangan hangat di Asian Food, Lucky Plaza, Orchard Road, Singapura.
Gayus pun berhasil diboyong ke Tanah Air tanpa borgol, disambut ratusan kamera dan digandeng mesra Direktur I Keamanan Trans Nasional Bareskrim Mabes Polri Kombes Pol M Iriawan.
Rayuan gombal macam apa sesungguhnya yang digunakan Satgas sampai Gayus tak berdaya? Inilah yang sejauh ini dianggap rada aneh dan terkesan penangkapan Gayus tak ubahnya sebuah reality show.
Simak saja kisah dramatis Denny. “Sesampai di food court asia yang menyajikan makanan khas Indonesia, saya berdoa ya Allah semoga bertemu Gayus di tempat ini. Dengan izin Allah, selang 10 menit setelah itu. Pak Ota (Mas Achmad Santosa) bilang kalau ada Gayus di depan,” kisah Denny.
Jadi, hanya kebetulan bertemu dan Gayus berhasil dirayu—bukan dikepung Densus 88 Anti Teror, lalu diberondong peluru, layaknya buronan teroris.
Versi Ota, dia dan Denny berusaha menyakinkan Gayus bahwa pelariannya ke Singapura sia-sia belaka. Ota pun meminta Gayus berpikir matang-matang untuk tidak lagi menunda penyerahan dirinya. Mungkinkah dengan hanya bermodalkan kebetulan Gayus berhasil ditangkap?
Mari kita cermati berbagai keganjilan dalam penangkapan Gayus, yang badannya sedikit lebih tambun dari foto-foto yang sebelumnya beredar di Media.
Pertama, sedikit aneh bila seorang buronan yang mengetahui dirinya sedang dicari-cari polisi, pihak imigrasi, dan perwakilan pemerintah RI di Singapura, bisa bebas berkeliaran dari Hotel Meritus Meridian, kawasan Orchad Road—tempat dia dan keluarganya menginap—hanya untuk mencari makan di luar.
Secara nalar, sangat tidak mungkin. Niat banget ya gayus jalan-jalan sambil cari makan. Mengingat jarak antara hotel dengan Lucky Plaza terbilang jauh untuk ukuran berjalan kaki.
Kedua, Gayus menginap di hotel bertarif antara UDS320 sampai USD1.400, kenapa Gayus malah mencari nasi padang di luar? Secara logika, tidak mungkin pemilik dana Rp25 miliar itu tak mampu memesan makanan dari restoran hotel, cukup dengan memencet ekstensi tertentu dan makanan siap disajikan dalam 5 atau 10 menit saja.
Ketiga, secara kebetulan Ota dan Denny bertemu gayus di Lucky Palaza. Mengapa pula Denny dan Ota harus bersusah payah mencari makanan di food court, sementara di Hotel Marriot, tempat mereka menginap, rasanya tidak mungkin kekurangan makanan.
Semuanya masih menjadi teka-teki. Semoga memang takdir yang mempertemukan mereka bertiga. Wallahu ‘alam.
Bak sebuah sinetron, pria tiga dasawarsa itu bertekuk lutut terbuai bujukan satgas antimafia hukum, dalam sebuah perbincangan hangat di Asian Food, Lucky Plaza, Orchard Road, Singapura.
Gayus pun berhasil diboyong ke Tanah Air tanpa borgol, disambut ratusan kamera dan digandeng mesra Direktur I Keamanan Trans Nasional Bareskrim Mabes Polri Kombes Pol M Iriawan.
Rayuan gombal macam apa sesungguhnya yang digunakan Satgas sampai Gayus tak berdaya? Inilah yang sejauh ini dianggap rada aneh dan terkesan penangkapan Gayus tak ubahnya sebuah reality show.
Simak saja kisah dramatis Denny. “Sesampai di food court asia yang menyajikan makanan khas Indonesia, saya berdoa ya Allah semoga bertemu Gayus di tempat ini. Dengan izin Allah, selang 10 menit setelah itu. Pak Ota (Mas Achmad Santosa) bilang kalau ada Gayus di depan,” kisah Denny.
Jadi, hanya kebetulan bertemu dan Gayus berhasil dirayu—bukan dikepung Densus 88 Anti Teror, lalu diberondong peluru, layaknya buronan teroris.
Versi Ota, dia dan Denny berusaha menyakinkan Gayus bahwa pelariannya ke Singapura sia-sia belaka. Ota pun meminta Gayus berpikir matang-matang untuk tidak lagi menunda penyerahan dirinya. Mungkinkah dengan hanya bermodalkan kebetulan Gayus berhasil ditangkap?
Mari kita cermati berbagai keganjilan dalam penangkapan Gayus, yang badannya sedikit lebih tambun dari foto-foto yang sebelumnya beredar di Media.
Pertama, sedikit aneh bila seorang buronan yang mengetahui dirinya sedang dicari-cari polisi, pihak imigrasi, dan perwakilan pemerintah RI di Singapura, bisa bebas berkeliaran dari Hotel Meritus Meridian, kawasan Orchad Road—tempat dia dan keluarganya menginap—hanya untuk mencari makan di luar.
Secara nalar, sangat tidak mungkin. Niat banget ya gayus jalan-jalan sambil cari makan. Mengingat jarak antara hotel dengan Lucky Plaza terbilang jauh untuk ukuran berjalan kaki.
Kedua, Gayus menginap di hotel bertarif antara UDS320 sampai USD1.400, kenapa Gayus malah mencari nasi padang di luar? Secara logika, tidak mungkin pemilik dana Rp25 miliar itu tak mampu memesan makanan dari restoran hotel, cukup dengan memencet ekstensi tertentu dan makanan siap disajikan dalam 5 atau 10 menit saja.
Ketiga, secara kebetulan Ota dan Denny bertemu gayus di Lucky Palaza. Mengapa pula Denny dan Ota harus bersusah payah mencari makanan di food court, sementara di Hotel Marriot, tempat mereka menginap, rasanya tidak mungkin kekurangan makanan.
Semuanya masih menjadi teka-teki. Semoga memang takdir yang mempertemukan mereka bertiga. Wallahu ‘alam.
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3752366
Tidak ada komentar:
Posting Komentar